Kamis, 27 Januari 2011

ILMU LADUNI KHIDIR

Sumber KWA

ILMU LADUNI KHIDIR
Nabi Musa bergelar kalimullah adalah sosok yang mulia, agung, rasional, cerdas, sakti karena memiliki mukjizat dahsyat dan sangat dekat dengan Tuhan. Musa juga diperkenankan untuk “mencicipi” keberadaan Dzat-Nya langsung melalui sebuah fenomena suwung total ekstase setelah gunung tempat menampakkan diri-NYA hancur berkeping-keping. Bahkan, turunnya kitab suci Taurat itu langsung dari “mulut” Tuhan tanpa perantara. Pada suatu ketika, rasionalitas Nabi Musa diuji dengan seorang pertanyaan kaum Bani Israil usai sebuah dakwah; Wahai Musa menurutmu siapa yang paling alim dan paling berpengetahuan di antara manusia yang hidup di bumi.
Musa dengan tegas menjawab: “Yang paling cerdas dan alim adalah aku”. Di sinilah Musa terjebak pada sifat sombong. Ini tentu saja tercela karena di muka bumi ini tidak seorang pun boleh sombong betapapun tinggi ilmunya. Bahkan seorang rasul pun dilarang untuk sombong karena ilmunya tidak seberapa dibanding pengetahuan Allah yang tiada berhingga.
Sebagai upaya untuk menyadarkan Musa, Allah SWT memerintahkannya untuk mendatangi sebuah tempat bertemunya dua lautan dan berguru kepada seorang yang alim yang berpengetahuan hikmah sangat luas dan jauh melebihi Musa. Dia kemudian dikenal sebagai Khidir atau BALYA BIN MALKAN bin Flaakh bin Anbar bin Salakh bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh A.S bin Lamak bin Mutawasylikh bin Idris A.S. bin Yard bin Mahlain bin Qainan bin Yanasy bin Syits bin Adam.
Hikmah dan luasnya ilmu Khidir juga terabadikan dalam dunia ilmu hikmah terapan di majelis-majelis dzikir khusus ahli thariqoh: Innaka quwwata bi quwwati wa quwwatika wa BALYAkhan BALYAkhin barnabal barnabil quwwah, bi idznillah bi laa hawla wala quwwaata ila billah. Innaka quwwata bi quwwati wa quwwatika wa MALKHAN malkhin mayakhal mayakhil quwwah, bi idznillah bi laa hawla wala quwwaata ila billah. Mungkin karena di dalam asmak ini ada nama Nabi Khidir yaitu BALYA BIN MALKAN maka disebut ASMAK KHIDIR? Saya tidak tahu…
Kisah selanjutnya tentang bergurunya Musa ke Khidir ini silahkan dibaca di QS Al Kahfi, 60-82. Belajar dari Khidir, kita akan mendapati kesimpulan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengaku mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang segala sesuatu. Kita jauhkan sisi fanatisme karena ini tidak bertanggungjawab terhadap akal sehat untuk mencerap keluasan ilmu-ilmu-NYA. Jalan menuju kepada Tuhan bukannya jalan dogmatisme yang menganggap bahwa pengetahuan dan keyakinan kita sekarang adalah sudah pasti dan sempurna. Jalan menuju Tuhan tersebut bukan juga skeptisisme yang mengatakan bahwa jalan itu mustahil untuk ditempuh. Segala proses mental itu tunduk kepada keterbatasan manusia, kepada pengaruh timbal balik antara beragam kepentingan. Namun senantiasa utamakan untuk mencari tahu, apa kepentingan Tuhan kepada kita. Di sinilah nantinya kita insya allah mendapati ILMU LADUNI. Ilmu yang langsung turun tanpa melalui proses perenungan dan proses belajar karena ilmu ini langsung turun melalui hidayah langsung dari-NYA.
Kebenaran bukan hanya prinsip dan persetujuan yang dibuat oleh manusia saja, yang dapat dipakai atau dibuang menurut kemauannya belaka. Kebenaran itu tetap hadir dan obyektif (ada an sich) meskipun semua manusia di muka bumi ini tidak ada. Pandangan kita juga bisa keliru, bengkok dan salah. Dunia bukanlah khayalan karena itu kita harus menyesuaikan diri dari keseriusan dunia ini diciptakan dan dibentuk dengan ketepatan ukuran. Dan pada akhirnya, HIDUP ADALAH KESABARAN UNTUK MENEMPUH PROSES YANG TERUS MENERUS UNTUK MENCARI, MEMBENTUK, MENGKAJI, MENCETAK, MENYESUAIKAN DENGAN CARA ATAU JALAN MENUJU PADA-NYA.
Belajar dari Khidir, kita juga diharapkan untuk senantiasa menghargai kepada siapapun yang kita temui. Dari orang-orang yang lain yang kelihatannya tidak berilmu dan hina, kita bisa jadi justeru mendapatkan hikmah yang besar di kelak kemudian hari. Etika seorang pembelajar adalah memelihara adab dan sopan santun kita sebagai murid yang berguru kepada siapapun dan apapun yang kita temui. Dengar dan lihatlah apa kata mereka dari awal hingga akhir sebelum kita mengambil kesimpulan. Dan bila sudah memiliki kesimpulan, teruskan dengan mencari kesimpulan-kesimpulan lain untuk membetulkan kesimpulan yang sudah anda dapatkan. Semoga yang sedikit ini ada manfaatnya dan mohon maaf atas segala kekurangan. Salam paseduluran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar